Bertemu Sosok Imajiner Commendatore (Lanjutan)

Ulasan Novel Membunuh Commendatore (Jilid 2) / Killing Commendatore karya Haruki Murakami

Baca ulasan Jilid 1 di sini

BLURB
Ketika menyepi di atas gunung, seorang pelukis muda menemukan adikarya tersembunyi maestro seni lukis gaya Jepang berjudul Membunuh Commendatore. Dari situ ia membuka suatu lingkaran aneka peristiwa misterius yang mengguncangkan dunia tempat ia berpijak. Mampukah ia menutup kembali lingkaran itu?

PREVIEW
Narator bertemu dengan Mariye Akikawa dan bibinya,  Shoko Akikawa. Mariye meminta untuk dilukis potret oleh narator. Selama proses itu, banyak pengalaman aneh dan petualangan yang dialami Mariye. Dari pertemuannya dengan Menshiki, pria yang mengaku ayah kandungnya dan pada akhirnya memiliki hubungan dengan Shoko.

Menshiki mengaku pernah memiliki hubungan dengan mendiang ibunya Mariye, sebelum menikah dengan Yoshinobu Akikawa, pengusaha sukses. Menurut penjelasan Menshiki, Yoshinobu bekerja dengan organisasi sesat yang membuat ayah Mariye itu mengalami penurunan dalam hal ekonomi.

"Tak ada seorang pun yang menjalani kehidupan yang sudah sempurna. Semua orang selalu dalam keadaan belum sempurna selamanya. Hal.509"

Di suatu malam, narator kedatangan Tomohiko Amada. Padahal kabar terakhir dari anaknya bahwa kerja otak pria tua itu bermasalah. Ia tak sadarkan diri sejak beberapa waktu lalu. Jadi tak mungkin yang sedang duduk di studio sambil menatap lukisan Membunuh Commendatore adalah Tomohiko benaran. Apa mungkin rohnya? Suasana itu sempat membuat narator bergidik ngeri.

Bukan hanya narator yang dapat melihat Commendatore, melainkan Mariye juga dapat melihat sosok itu. Ia bertemu saat hilang empat hari dan bersembunyi di rumah Menshiki tanpa sepengetahuan pria itu. Gadis itu juga tahu mengenai lubang yang menyebabkan jelmaan commendatore serasa hidup. Ia menceritakan pertemuannya dengan sosok tersebut kepada narator setelah narator juga hilang 3 hari.

"Karena itu saya akan hidup sepenuhnya selama saya hidup. Saya ingin melihat apa dan sejauh mana yang bisa saya lakukan. Tak ada waktu untuk merasa bosan. Bagi saya, cara terbaik untuk menghindari ketakutan dan perasaan hampa adalah menghindari kebosanan lebih dari apa pun. Hal 135."

Singkat cerita, narator kembali bersama dengan Yuzu yang kondisinya tengah hamil dan tak tahu siapa yang mengahamilinya. Tomohiko Amada meninggal di panti dan rumah tua tempat maha karya Membunuh Commendatore dan Lelaki Subaru Forester Putih milik narator disimpan terbakar akibat konsleting listrik. Sejak kebakaran itu, sosok commendatore dan Pria Subaru tak pernah lagi muncul. Hilang begitu saja. Lukisan Mariye yang belum sempurna tak narator serahkan ke Menshiki, melainkan diserahkan ke Mariye. Narator menggantikannya dengan lukisan Lubang Di Tengah Hutan Belukar, terinspirasi dari lubang yang ditemukan mereka berdua sehingga menyebabkan semua keanehan tersebut.

"Bagaimanapun juga lubang inilah yang menjadi awal mula segalanya. Semenjak aku dan Menshiki membuka lubang ini dengan paksa dengan menggunakan alat berat, hal-hal yang aneh mulai terjadi berturut-turut. Atau barangkali segalanya bermula saat aku menemukan Membunuh Commendatore di loteng dan membuka bungkusannya. Memang begitulah urutan kejadian berbagai hal. Atau kedua kejadian tersebut bisa juga saling terkait dengan erat sejak awal. Hal. 155"

Bagaimana kehidupan narator setelah kembali dengan Yuzu?
Bagaimana hubungan Menshiki, Shoko dan Mariye Akikawa?
Apa sosok Commendatore dan Pria Subaru benar-benar menghilang dari kehidupan narator?
Temukan jawabannya di buku ini!


REVIEW
Di buku kedua ini menjelaskan lebih detail karakter masing-masing. Selain itu, narator juga menghidupkan sosok ide lainnya, yaitu pria berwajah panjang.

Bukan hanya Frans Kafka, inspirasi yang disebut di dalam buku ini. Murakami juga menyebut George Orwell, penulis yang menginspirasinya dalam menciptakan tokoh orang kecil di 1Q84. Inspirasi tersebut berasal dari Bung Besar dalam karya George Orwell yang berjudul 1984.

Nuansa absurd yang diciptakan di dalam buku ini tak asing lagi buat saya. Saya bisa merasakan  keabsurdan yang sama seperti saat saya baca 1Q84 dan Kafka on The Shore. Hanya saja, di dalam buku ini diberikan sentuhan mencekam dan agak horror.

Tak ada yang berubah dengan alur. Murakami memiliki alur tersendiri dalam karyanya. Bagi yang sering membaca karyanya, akan paham maksud saya. Murakami sukses memetaforakan kehidupan dengan sentuhan seni lukisan di dalam karyanya. Ia banyak menggunakan perumpamaan ke dalam dunia seni.

"Idea itu merupakan konsep netral dari ujung ke ujung dan bisa jadi baik ataupun buruk tergantung sepenuhnya pada manusia. Kalau begitu Idea bisa melakukan kebaikan terhadap manusia, tapi sebaliknya bisa juga melakukan hal tidak baik terhadapnya. Hal.113"

Jika sering membaca karya Murakami, sebenarnya kerap menemukan kemiripan antar karyanya. Sebab, di situlah ciri khas Haruki Murakami.

Alur yang dibangun di buku ini harus melibatkan kekuatan imajinasi kita sebagai pembaca, karena ada sosok imajiner di dalam cerita imajiner.

Selalu suka dengan terjemahannya Kak Ribeka Ota. Terjemahannya begitu mengalir, meski ada beberapa pemilihan padanan kata yang terkesan dipaksakan dan kurang pas. Tapi, itu hanya sebagian kecil saja. Selebihnya suka.

⭐⭐⭐⭐

rose diana
Sep Wrap-up

Start Sep 1st, 2021
Finish Sep 3rd, 2021


Baca ulasan Jilid 1 di sini
Baca ulasan Killing Commendatore di sini












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Terjemahan Nenek Hebat Dari Saga / Saga No Gabai Baachan - Yoshichi Shimada

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari