Pertualangan di Perpustakaan yang Aneh.

Ulasan Buku The Strange Library karya Haruki Murakami.

Bagaimana jika datang ke perpustakaan, tapi malah menjadi tahanan dan dipaksa untuk menamatkan tiga buku super tebal? Kalau tidak, kau akan musnah! Jika kau menamatkan ketiga buku itu, otakmu akan dimakan. Mengerikan bukan? 

Ketegangan itulah yang disuguhkan buku ini. Seperti judulnya, The Strange Library. Perpustakaan ini sungguh aneh. 

Seorang anak muda sebagai aku datang ke perpustakaan untuk mempelajari perpajakan zaman Otoman, karena ibunya berkata jika ingin tahu lebih banyak, bacalah di perpustakaan. Namun, setibanya di sana, anak itu diarahkan ke ruang 107. Setelah membuka pintu itu, dunia aneh muncul di depan mata. Lorong yang mirip labirin menyambutnya. Lorong itu menuju ke meja pustakawan lain. Ia diberitahu arahnya oleh pustakawan wanita di depan tadi. Setibanya di depan meja administrasi uang 107, ia disambut pria tua yang aneh. Tatapannya dingin dan mengerikan. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. 

Why did something like this have to happen to me? All I did was go to the library to borrow some books. (P.33)

Singkat cerita, ia diberika ketiga buku yang dicarinya, namun harus dibaca di tempat. Padahal anak itu sedang ditunggu ibunya di rumah untuk makan malam. Pria tua itu tidak melepaskan anak itu. Mereka membuat kesepakatan. Ia akan membaca hanya 30 menit saja, setelah itu ia harus pulang. Awalnya pria tua itu mengiyakan. Pria itu mengajaknya ke sebuah ruangan gelap, bagaikan sebuah penjara. Pria tua itu baru saja melanggar perjanjian. 

"Mr. Sheep Man," I asked, "why would that old man want to eat my brains?"
"Because brains packed with knowledge are yummy, that's why they're nice and creamy. And sort of grainy at the same time." (P.33)

Di penjara, si anak bertemu dengan lelaki domba. Ia memilki tubuh layaknya domba namun dapat bicara. Pria domba itu adalah pelayan pria tua. Pria domba sangat baik. Setiap hari dia membawakan makanan lezat untuk si anak. Dia juga yang membantunya melarikan diri. Di dalam penjara itu juga si anak bertemu dengan gadis kecil yang sangat cantik. Dia tidak bisa bicara. Ia berbicara dengan isyarat. Berkat kedua kawan barunya itu si anak bisa keluar dari perpustakaan aneh. 

Tak lama, sang ibu meninggal dunia dengan sakit yang aneh. Dia tinggal sendiri, tanpa pria domba, gadis, gonggongan anjing peliharaannya, bahkan tanpa ibunya. Hidupnya menjadi gelap seperti penjara di perpustakaan aneh itu.

Our worlds are all jumbled together. Sometimes they overlap and sometimes they don’t. (P.48)

Seperti biasa, gaya bercerita Murakami selalu menarik sehingga saya membaca buku ini dalam satu kali duduk. Buku ini saya baca pada Bulan Juni, namun baru sempat dibuat ulasannya. 

Alurnya maju dan sederhana. Diambil dari sudut pandangan orang pertama, aku, si anak. 

Murakami selalu sukses membuat dunia 'aneh' yang membuat pembacanya berpikir. Saya jadi teringat, saya pernah berpikir, bagaimana jika perpustakaan adalah tempat yang aneh? Ada dunia aneh di balik rak buku ataupun dinding-dindingnya? Haha. Otak saya sudah mulai aneh. 

Sayang sekali, buku ini belum ada versi Bahasa Indonesianya. Jadi, jika ingin membacanya, hanya ada versi Inggris dan Jepang. Saya baca versi Inggris di Google Play Book. Saya tidak menyesal membeli versi digital, karena saya puas dengan isinya. 

Buku ini lumayan ringan dibanding karya Murakami lainnya. Penggunaan kosakatanya pun mudah dimengerti. Jadi, untuk yang baru memulai membaca karya penulis satu ini, bisa dimulai dari buku ini. 

⭐⭐⭐⭐⭐


rose diana

Ps. June Wrap-Up

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Lalu #Monolog

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari

Ulasan Novel Botchan - Natsume Sõseki

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu