Orang-Orang Biasa - Andrea Hirata

Komedi Lokal Rasa Hollywood

Tahu film Hollywood 21 Jump Street? Ya, pembuka novel ini membuat saya teringat film itu. Inspektur Abdul Rojali dan Sersan P. Arbi seperti Cops Schmidt dan Jenko. 

Awal mula tertarik untuk baca ini adalah karena diimingi-iming nuansa kriminal dan misteri karena ada unsur detektifnya. Sebagai pecinta cerita kriminal, misteri dan detektif, sulit untuk tidak penasaran. Apalagi karya Andrea Hirata. Penulis satu ini tidak pernah menulis misteri bahkan kriminal. Makanya, ketika diiming-iming mengandung unsur tersebut, saya pun ikut tergugah untuk membaca. 

Bagian awal ada dua plot, plot Honorun dan kawan-kawan dan plot Inspektur Rojali. Namun, pada bagian pertengahan hingga akhir, berkembang menjadi tiga plot: Debut Awaludin dan kawan-kawan yang ingin merencanakan perampokan, Inspektur Rojali dan informannya untuk mengusut kejahatan di Belantik dan plot Ibu Atikah yang terobsesi mengusut kasus perampokan sendiri ala detektif. Ketiga plot ini saling berkesinambungan. Saya suka cara Pakcik mengaitkan ketiga plot ini dengan bab dibuat bergantian, mengingatkan saya dengan 1Q84 Haruki Murakami.

Sebelum membaca, saya bertanya-tanya dengan konsep kovernya, seorang manusia yang berwajah monyet. Ternyata diterangkan dalam novelnya, bahkan judulnya 'Orang-Orang Biasa'. Saya rasa karakter di dalam OOB tidak biasa. Dengan ciri khas Andrea Hirata yang memiliki karakter banyak, membuat cerita hidup. Apalagi penulis membuat masing-masing karakter memiliki ciri khas masing-masing. Hal lain yang bikin saya tergugah adalah Pakcik memberikan nama karakternya dengan istilah yang menggambarkan karakter tokohnya masing-masing, seperti Handai Toulan yang suka berandai-andai, Bastardin yang memang brengsek 😆 dan lain-lain. Jarang, loh, ada penulis yang memberi nama karakternya seperti itu. Hahaha. 

Namun, di balik kekhasan karya Pakcik, saya kecewa dengan kisah misterinya. Jika novel ini ber-genre misteri, menurut saya Pakcik belum berhasil menciptakan misterinya karena saya sama sekali tidak merasa ada misterinya. Apalagi dengan ending misteri yang antiklimaks. Kedua polisi ini gagal melaksanakan penyelidikan karena pelaku tidak tertangkap. Malah saya lebih merasakan nuansa komedinya ketimbang misteri. Kalau ber-gendre kriminal, kemungkinan berhasil meskipun kurang greget karena terlampau melucu. Bahkan 21 Jump Street sendiri yang jelas ada plot kriminalnya pun tidak masuk ke gendre kriminal, lebih ke drama komedi, begitupun dengan OOB. Mungkin juga karena saya terlalu sering membaca buku misteri, kriminal, detektif yang cenderung serius jadi ketika mendengar Pakcik mengeluarkan karya kriminal bayangan saya adalah seperti buku-buku yang saya baca. Saya berekspetasi ceritanya terlampau serius. 

Terlepas apapun gendre-nya, saya menikmati karya kesepuluh Pakcik ini. Entah berapa kali saya terkekeh sendiri setiap membaca bagian Debut Awaludin dan kawan-kawan yang aduhai amatirnya dan Inspektur Rojali yang tergila-gila dengan Shahrukh Khan. Oleh karena itu saya kasih ⭐⭐⭐⭐ saja, ya. 

Jika difilmkan ke layar lebar, saya rasa OOB bisa bersaing dengan film Jump Street. Pasti sangat menggelitik penonton. Semoga difilmkan, ya. 

Sekian. 

Rose Diana


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Terjemahan Nenek Hebat Dari Saga / Saga No Gabai Baachan - Yoshichi Shimada

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari