Belajar Dari Para Filsuf Yunani Kuno (Stoa)

Filsafat adalah seni hidup.

Filosofi teras atau Stoa adalah filsafat yang mengajarkan jalan hidup yang mengusung kebahagiaan yang tidak lazim yaitu tidak adanya gangguan atau ketenangan batin.  

Menurut Stoa bahagia itu sederhana di mana terbebaskan dari emosi atau perasaan yag mengganggu dan kebahagiaan datang dari apapun yang di bawah kendali kita. 

Emosi adalah bagian dari rasio. Emosi negatif adalah opini yang mengatakan sesuatu yang buruk. 

Apa sih efek dari kekhawatiran dan kecemasan? 
1. Menghabiskan energi pikiran
2. ‎menghabiskan waktu dan uang
3. ‎mengganggu kesehatan
Pada dasarnya semua emosi dipicu oleh penilaian, opini, dan persepsi kita. 

Hans Seyle berkata bahwa bukan stres yang membunuh kita, tapi reaksi kita terhadapnya. Makanya, saat kita stres, terjadi peningkatan aktivitas saraf yang bertanggung jawab atas organ kita. Oleh karena itu, saat kita stres, suka terjadi hal-hal seperti pusing, perut mules, badan pegal, dll. 
Depresi itu melukai otak. 

Saat kita merasakan emosi negatif, maka lakukan STAR (Stop, Think & Assess, Respond), berhenti, dipikir dan nilai, gunakan nalar. Maka jagalah nalar kita.

Tujuan Stoisisme atau filsafat Stoa adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali, dan hidup dengan kebajikan atau bagaimana kita hidup sebaik-baiknya sebagaimana menjadi manusia. Stoa mengajak kita untuk hidup selaras dengan alam, artinya sebaik-baiknya menggunakan nalar, akal sehat, rasio, karena itulah yang membedakan manusia dan binatang.

Epictetus berkata bahwa ada hal yang di bawah kendali kita, ada pula hal yang tidak di bawah kendali kita. 
Hal yang di bawah kendali kita seperti: pertimbangan, keinginan, tujuan dan apapun yang berasal sari pikiran dan tindakan kita sendiri. 
Hal yang tidak di bawah kendali kita seperti: kesehatan, kekayaan, reputasi, kodrat lahir, dan segala hal yang datang dari orang lain (bukan dari kita).

"Kamu memiliki kendali atas pikiranmu, sadari ini dan kamu akan menemukan kekuatan." ~Marcus Aurelis (Meditations)

Tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain dan pendapat orang lain karena itu tidak akan pernah ada habisnya. Satu tips dari Filisofi Teras adalah memiliki mental yang lebih kuat yaitu jangan membesar-besarkan masalah dan fokus apa yang dilakukan. 

Jika dihina orang lain, jangan membalas dendam, karena menurut Marcus Aurelius (Meditations) bahwa balas dendam yang terbaik adalah dengan tidak seperti pelaku. Jika ada yang menghina dan menyakita kita, ingatlah bahwa mereka melakukan itu dari sidut pandang mereka sendiri. Jadi, kalau ada kesalahan dari sudut pandang mereka, biarlah mereka yang rugi. Justru jika ada yang jahat, kita seharusnya kasihan seperti saat mita melihat orang difabel, karena kita merasa iba cacat nalarnya. 

10% masalah dalam hidup adalah masalah itu sendiri. 90% dari masalah hidup adalah reaksi kita terhadap masalah itu sendiri. Oleh karena itu, kita harus belajar dalam menanggapi masalah tersebut. Setiap masalah yang datang pada dasarnya berkah untuk kita karena dari masalah itu kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ingatlah bahwa setiap halangan adalah jalan. 

"Jadilah seperti tebing di pinggir laut yang terus dihujam ombak, tetapi tetap tegar dan menjinakkan murka air di sekitarnya." ~Marcus Aurelius (Meditations)~

Bahagia itu abstrak. Setiap orang memiliki definisi bahagia yang berbeda-beda. 

Di atas adalah rangkuman kecil yang dapat saya bagikan ke kalian, namun hanya sebagian kecil. Untuk keseluruhannya harus baca buku ini.

Dari membaca bagian awal buku Filosofi Teras karya Henry Manapiring ini, sudah membuat mata saya terbuka dan sering berkata dalam hati 'benar juga. Tuh, kan,' karena buku ini pada dasarnya menjelaskan cara hidup yang ikuti saja tanpa banyak mengeluh. Justru setiap kita mengeluh, ada energi negatif yang justru malah menghancurkan diri kita sendiri. 

Halaman demi halaman membuat saya tidak ingin melewatinya. Menurut saya, isi buku ini terlalu bagus dan sayang untuk dilewatkan. Filosofi hidup ala orang Stoa tidak jauh-jauh dengan apa yang kita lakukan. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari filosofi ini. 

Pada dasarnya folosofi ini menerapkan pada bagaimana diri kita. Apa yang terjadi dalam hidup kita, dari bagaimana cara kita berpikir, perspektif, bersikap dan merespon segala emosi negatif. 

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian yang kebanyakan mengeluh, suka berpikir negatif/suudzon, sedang mendidik anak atau sedang healing mental sendiri. 

⭐⭐⭐⭐⭐

Rose Diana
28 Mei 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Terjemahan Nenek Hebat Dari Saga / Saga No Gabai Baachan - Yoshichi Shimada

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari