Penulis vs Pembajakan

PENULIS vs PEMBAJAKAN





Di zaman modern seperti ini sudah marak e-book atau buku versi daring. Selain menyelamatkan hutan (katanya sebab tidak pakai kertas) sekaligus praktis. Tinggal menyimpan dalam ponsel pintar, puluhan buku dapat disimpan dan dibaca kapanpun, di manapun tanpa harus membawa buku fisik. Tetapi, bagi pecinta buku, versi cetak selalu menjadi prioritas dibandingkan daring. Bagi mereka versi cetak lebih berasa membaca bukunya. Selain itu, aroma buku yang khas menjadi daya tarik tersendiri bagi pecintanya.

Namun kecintaan tidak cukup untuk memberikan apresiasi terhadap penulisnya. Sebagai penikmat buku, apalagi sekaligus penulis haruslah membantu untuk meniadakan pembajakan. Kita sadari, kreatifitas bukanlah hal mudah untuk dihasilkan, apalagi jika karya tersebut mampu memberi inspirasi dan motivasi bagi penikmatnya. Mungkin hanya segelincir orang yang peduli terhadap anti pembajakan buku. Jika musik dibajak, penggemar akan berteriak untuk menghentikan pembajakan tersebut. Kenapa kita sebagai pembaca (apalagi penulis) tidak berusaha menghentikan pembajakan buku? Coba sekali-kali posisikan menjadi penulis yang dibajak bukunya! Bagaimana rasanya?

Sebelum itu, kita ulas dulu pengaruh buruk atas pembajakan. 
1. Pembajakan dilakukan oleh sekelompok orang yang hanya ingin mendapatkan keuntungan dari karya orang tanpa izin. 
2. Penjualan buku bajakan tidak ada kontribusi untuk penulis. Dengan kata lain, hasil penjualan untuk kepentingan si pembajak.
3. Penulis merasa dirugikan sebab menghasilkan sebuah karya bukanlah hal mudah.

Meskipun karya penulis dibaca oleh orang yang membeli buku bajakan, tapi apakah seimbang dengan yang penulis keluarkan untuk menghasilkan sebuah karya yang siap dibaca?



Kita lihat proses menulis sebuah buku dari awal hingga di pasarkan ke toko buku :
1. Merancang ide cerita
2. Riset
3. Menulis
4. Self editing
5. Masuk meja redaksi
6. Proses editing di penerbit
7. Proses layout
8. Proses pembuatan cover
9. Proses cetak
10. Distribusi
11. Sampai ke tangan pembaca

Coba kawan bayangkan, berapa habis biaya serta waktu yang dikeluarkan penulis dan penerbit untuk menghasilkan satu buku? Apalagi jika sekian eksemplar? 

Dari rentetan tersebut, penulis hanya mendapatkan 10% dari harga buku, dan itupun masih dipotong pajak 15%. Sudah pahit seperti itu, masih saja dicurangi oleh pembajak. Masih tegakah kawan?

Ini masih bicara buku versi cetak. Bagaimana jika versi e-book? Sekarang marak unduh gratis e-book novel ternama dengan format PDF, bahkan sampai ada yang rela menjualnya dengan iming-iming harga murah untuk beberapa e-book. Bukankah itu lebih menyakitkan? Kenapa? Pembajakan versi cetak, pelaku akan mengeluarkan modal untuk mencetaknya. Ada untung rugi bagi si pelaku. Bagaimana jika versi e-book? Pelaku tinggal mengunduh gratis lalu mengirim ke pembeli via surel. Tidak ada modal yang pelaku keluarkan namun sangat merugikan penulis dan penerbit. Sejahat itukah?




E-book legal adalah yang dijual di beberapa situs dan dibaca di dalam aplikasi tersebut (bukan dalam bentuk pdf). Jika ada e-book versi pdf, tentu ilegal dan termasuk pembajakan, terlepas bagaimana dia mendapatkannya (mengunduh gratis atau beli dari pembajak). Jika kawan sudah terlanjur memilikinya dikarenakan ketidaktahuan, cukup jangan membagikan file pdf tersebut. Berhenti mengunduh gratis dan membeli dari penjual ilegal. Cukup berhenti di kawan saja. Dengan cara itu bisa mengurangi pembajakan e-book. Jika kawan sudah tahu, tapi masih melakukan, sungguh terlalu. 

Di mana saja yang menjual e-book legal?

1. Google Play Book



Google Play Book paling banyak digunakan oleh pembaca sebab biasanya sudah bawaan dari ponsel pintar berbasis android.

2. Scoop

Selain Google Paly Book, ada pula scoop. Di sini pun beragam novel dan buku ternama.

3. Gramedia

Gramedia bukan hanya menjual buku cetak saja, mereka pun menjual versi ebook juga.

4. Amazon

Selain buku dalam negeri, buku penulis luar yang kerap dijual di amazon pun juga dijual versi ebook. 


Dari keempat aplikasi e-book legal yang saya ketahui, mereka diunduh dan dibeli bukan dalam bentuk pdf. Jika kawan ingin membacanya, harus menggunakan aplikasi di atas. Jika kawan ingin membaca gratis, bisa baca di aplikasi perpustakaan seperti:

1. I-pusnas


I-pusnas adalah aplikasi buku versi daring resmi dari Perpustakaan Nasional Indonesia. Meskipun ada beberapa buku yang tidak tersedia versi daring, setidaknya ribuan buku tersedia di I-pusnas. Selain versi daring, kawan bisa datang ke Perpustakaan Nasional untuk membaca dalam versi buku cetak.


2. I-Jak

Sama halnya dengan I-pusnas, I-jak adalah aplikasi e-book resmi dari perpustakaan daerah Jakarta. 

Selain itu, kawan juga bisa membaca di Wattpad. Ratusan bahkan ribuan cerita dari penulis seluruh dunia tersedia dalam aplikasi ini. Meskipun cerita mereka belum dibukukan, siapa tahu ada yang menarik perhatian kawan. Seperti cerita saya di akun wattpad rosediana88 (promosi sedikit)


Selain aplikasi di atas, saya mengajak kawan semua untuk datang ke perpustakaan (baik nasional maupun daerah). Selain bisa baca berbagi buku, sekaligus mengistirahatkan mata dari radiasi ponsel.

Mulailah menjadi pembaca yang cerdas. Kita adalah penikmat karya. Hargai penulis untuk tetap membelinya secara legal. Dengan cara itu kita saling memberikan timbal-balik. Bukankah manusia diciptakan untuk saling menghargai?

Salam hangat.


Rose Diana
260917
21.45

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Ulasan Novel Spasi - Ello Aris

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Heaven On Earth - Kaka HY