Bisikan Harapan #Monolog

​#Monolog

BISIKAN HARAPAN

Aku merenung di pojok ruang, duduk di kursi ini, hanya ini yang ada. Ruangan kosong melompong. Aku tertunduk dengan mata terpejam. Tiba-tiba terdengar suara dari sampingku, tepat di depan telinga kiri. Suara itu seakan berbisik. Perlahan suaranya semakin jelas. Suara itu menyuruhku untuk berhenti berharap. Tidak!!!! Aku tidak akan berhenti berharap. Sampai kapanpun, hingga nyawaku berakhir!!!! Aku mencoba menghalau suara itu. Aku tutup rapat-rapat telinga kiri, masih terdengar lalu aku tutup sekuat mungkin kedua telinga dengan mata terpejam. Masih terdengar. Suara itu sangat menggangguku! Aku mencoba berjalan mengitari ruang untuk mengusir suara itu, namun tiba-tiba telinga kiriku sakit. Suara bisikan itu berubah menjadi suara denging yang menyakitkan. Aku berteriak kesakitan, rasanya seperti menusuk otak. Denging itu terus mengacau seluruh saraf di otakku. Aku terjatuh ke lantai sembari memegang kuat kepala. Seketika bunyi menyakitkan itu hilang. Tidak, ia masih berbunyi tetapi kini berbisik kembali, tepat di telinga kananku. Kini, bisikan itu terasa lembut dan membuatku nyaman. Ia bersandung seolah menyuruhku untuk terus berharap, meski hal yang belum pasti. Ia mengatakan ada Tuhan yang menjanjikan hal indah untukku, tetapi kenyamanan itu hanya kurasakan sekejap. Dua suara yang berbeda saling berbisik di telingaku. Berisik! Sangat mengganggu! Rasanya, aku hampir gila. Aku setres! Tuhan, tolong aku!!! Kedua suara itu saling meracau di otak membuat seluruh saraf menegang dan hampir putus. Aku tak sanggup. Hentikan!!! Aku berteriak sekencang mungkin. Dan kini kedua suara itu menghilang. Aku terduduk lemas di lantai. Aku percaya akan harapan seperti yang dibisikan di telinga kanan. Bisikan menyakitkan di telinga kiri hanyalah sebuah keputusasaan yang hanya membuat manusia berpikir pendek. 

Rose Diana

26 Oktober 2016

22.37