Ulasan Film 1987: When The Day Comes


Sutradara : Jang Joon-hwan
Produser: Jung Won-chan, Jang Young-hwan
Skenario : Kim Kyung-chan
Cerita : berdasarkan kisah nyata 1987 di Korea, pada beberapa bagian fiksi.
Pemeran : Kim Yun-Seok, Ha Jung-Woo, Yu Hae-Jin, Kim Tae-Ri
Produksi : Woojeung Film
Ditribusi : CJ Entertainment
Tanggal rilis : 27 Desember 2017 (Indonesia)
Durasi :  130 menit
Bahasa :  Korea 
Subtitle : Indonesia, Engish


SINOPSIS

Berdasarkan kisah nyata seputar Gerakan Demokrasi Juni 1987, tentang berakhirnya rezim militer Presiden Chun Doo-hwan. Protes mahasiswa dimulai ketika terungkap bahwa aktivis mahasiswa Park Jong-chul, yang berpartisipasi dalam demonstrasi pro-demokrasi melawan rezim tersebut, disiksa hingga meninggal dalam sesi interogasi. Pihak berwenang pada awalnya berusaha menyembunyikan kasus Park Jong-chul, namun sekelompok orang berusaha untuk membongkar kebenaran kejadian tersebut ke publik. (Sumber: Wikipedia translate edited)



ULASAN

Saya tidak kenal dengan para pemain di film ini. Entahlah, saya agak kesulitan untuk menghafal nama Korea beserta wajahnya karena tampak sama. Ini kedua kalinya saya menonton film action Korea di CGV. Sebelumnya, pernah menonton film The Suspect yang diperani oleh Gong Yoo pada tahun 2013. Lagi-lagi saat itu saya belum kenal siapa itu Gong Yoo. Setelah menonton film The Suspect, saya menganggap film action Korea, menarik juga. 

Minggu pagi, saya iseng buka situs www.cgv.id dan menemukan film 1987 dengan huruf besar. Mungkin efek membaca buku dengan judul sebuah tahun, kepenasaran saya terasa dicolek. 


Di awal film, memang terasa bosan sebab kebingungan saya untuk menghafal nama tokoh. Namun dipertengahan, saya mulai mendapatkan nyawa film ini meskipun tidak juga bisa menghafal namanya. Cara saya menghafal adalah menciptakan sebutan sendiri di dalam kepala agar bisa mengikuti ceritanya. Namun, di ulasan kali ini saya cantumkan nama sesuai dengan perannya (terima kasih wikipedia).  


Sikap komisaris Park Cheo-won (Kim Yoon-seok) untuk melindungi negaranya dari sekelompok komunis dari Korea Utara merupakan pangkal sebab dari konflik film ini. Mungkin maksudnya baik melindungi negara dari komunis tapi caranya salah dengan menangkap mahasiswa yang ikut demontrasi pro-demokrasi demi mencari tahu otak yang dianggap komunis, Kim Jeong-nam (Sol Kyung-gu).


Pada tahun 1987, Korea Selatan belum menjadi negara demokrasi. Pemilihan presiden masih dengan cara pemilihan langsung. Apalagi sikap presiden Chun Doo-hwan dianggap otoriter. Menurut hemat saya, kelompok yang dianggap mengikuti paham komunis oleh tim Park Cheo-won bisa jadi mereka hanya oposisi, bukan komunis. Ini hanya akal-akalan Park Cheo-won yang sebenarnya rakyat Korea Utara yang pindah ke Korea Selatan untuk menyelamatkan diri sewaktu kecilnya. Karena mempunyai masa lalu dan trauma terhadap kekejaman Korea Utara terhadap keluarganya, dia menjadi benci kepada kaum komunis. 


Sedikit mengingat sejarah pemecahan Korea. Kita ketahui saat perang dunia 2 berakhir, Korea yang selama ini di bawah kekuasaan Jepang akhirnya terpecah menjadi dua. Uni Soviet sudah lebih dulu menduduki Korea bagian utara. Namun, sesuai kesepakatan antara AS dan Uni Soviet, bagian seletan diduduki oleh AS. Dari situ sudah terlihat bahwa paham kedua negara ini memang berbeda jauh. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Korea Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya. 

Di film ini saya puas ketika Park Cheo-won dinyatakan bersalah dan kehilangan kekuasaan.


Salah satu anak buah Park Cheo-won adalah Letnan Jo Han-kyung (Park Hee-soon). Dia ditangkap karena menjadi salah satu tersangka pembunuhan Park Jong-chul. 


Saya suka dengan tokoh Jaksa Choi Hwan (Ha Jung-woo) yang menolak menandatangani izin kremasi korban penyiksaan saat introgasi, Park Jong-chul. Di sini bisa dibilang jaksa Choi mengambil sikap sebagai kunci dalam pengungkapan kebenaran. Dia mengatakan kasus ini kepada rekan sesama jaksa lalu rekannya itu mengatakan kepada media. Jaksa Choi juga mengundurkan diri dan memilih beralih menjadi pengacara. Selain keputusannya, saya juga suka dengan gayanya yang menyebalkan dan berani saat berhadapan dengan komisaris Park Cheo-won beserta anak buahnya.


Dari seorang reporter yang mengetahui kabar tersebut, sampailah kabar menggeparkan ini ke telinga reporter Yoon Sang-sam (Lee Hee-joon). Dia merasa ada keganjilan dari pernyataan kepala polisi di media yang mengatakan kematian Park Jong-chul adalah serangan jantung. Dia berusaha mencari tahu sampai ke jaksa Choi Hwan. Tanpa usaha mati-matian, dia pun mendapatkan informasi valid dan segera mengabarkannya di surat kabar.


Selain media dan kepolisian, seorang sipir pun ikut membantu dalam aksi pengungkapan kebenaran. Han Byung-yong (Yoo Hae-jin) membantu memberikan informasi kepada Kim Jeong-nam melalui seorang tahanan yang merupakan reporter juga. Dari tahanan itu Han Byung-yong mengantarkan informasi kepada Kim Jeong-nam.



Yeon-hee (Kim Tae-ri) membantu pamannya, Han Byung-yong untuk menyampaikan informasi ke sebuah gereja, tempat Kim Jeong-nam bersembunyi. Kebenaran pun disampaikan oleh pastor di tempat ibadah dan ditayangkan media. 


Namanya film Korea pasti ada bumbu romansanya. Kalau tidak, rasanya ada yang kurang. Di sini Yeon-hee bertemu dengan seniornya di kampus, Lee Han-yeol (Gang Dong-won). Dia diajak ikut kegiatan karikatur namun di dalamnya adalah organisasi mahasiswa yang peduli dengan demokrasi negara. Yeon-hee diajak untuk ikut demontrasi oleh Lee Han-yeol namun gadis itu menolak. Dia tidak ingin menentang tentara. 


Ketika Yeon-hee diculik dan dilepaskan di lapang semak belukar, hanya nomor telepon Lee Han-yeol yang diingat. Dia meminta tolong kepada lelaki itu. Meskipun pada akhirnya Lee Han-yeol meninggal dunia akibat granat gas air mata menembus tengkorak belakang. Dia dinyatakan kritis lalu meninggal beberapa hari setelahnya. Saat pemakaman dihadiri lebih dari 1,6 juta masyarakat. Kini dia dikenang dan dibuatkan monumen bernamakan namanya. 


Demontrasi besar pun terjadi menuntut presiden Chun Doo-hwan mundur dari jabatannya. Perubahan konstitusional disahkan dan tanggal 25 Februari 1988 Roh Tae-woo dilantik menjadi presiden Korea Selatan yang baru. Saat itu demokrasi Korea Selatan dimulai.

Film ini berhasil menarik emosi saya. Dari pertengahan film hingga akhir, saya menjadi begitu emosional. Film ini mengingatkan saya kepada tragedi 1998 yang tak kalah mengurasi emosi bagi yang mengalaminya. Penyetingan tempat beserta pakaian para pemeran disesuaikan dengan tahun 1987.

Meskipun saya tidak bisa menghafal nama tokohnya, setidaknya saya bisa mengikuti alur ceritanya. 
Berikut sebutan para tokoh yang muncul di kepala saya:
Park Cheo-won - Direkur
Choi Hwan – jaksa berani
Han Byung-yong - sipir
Yeon-hee – keponakan sipir
Jo Han-kyung – yang manggil dokter ke tempat kejadian
Yoon Sang-sam – reporter berani
Lee Han-yeol – seniornya keponakan sipir
Park Jong-chul – mahasiswa korban penyiksaan
Kim Jeong-nam – target anti komunis
Gen Jang Se-dong – kaki tangan presiden 

Nilai untuk film ini 9/10.

Rose Diana
220118
17.26

TRAILER


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Terjemahan Nenek Hebat Dari Saga / Saga No Gabai Baachan - Yoshichi Shimada

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari