Predator (Elang) ​#Fabel






​#Fabel
PREDATOR (ELANG)
Di pagi hari pada sebuah hutan belantara, dua predator sedang duduk santai di bawah pohon tua yang menjulang tinggi. Salah satu dari mereka mengeluh seraya mengibaskan daun ke tubuhnya sehingga keluar semilir angin dari daun itu. 
“Lelah aku setiap lapar, harus berlari dulu mengejar mangsa. Kadang aku yang dikejar, mengalami perkelahian, sikut-menyikut. Bahkan nyawa menjadi taruhannya. Bisa jadi aku yang dimakan oleh predator lain,” ucap seekor Singa dengan risau. 
“Kasihan sekali kau, Singa. Lihat aku! Aku adalah predator tertinggi dalam rantai makanan. Tak ada yang bisa mengalahkanku. Bahkan seekor semut pun.” Seekor Elang dengan sombongnya mengangkat kepala sedikit dan menepuk dadanya bangga, “aku tak terkalahkan,” lanjutnya seraya tertawa terbahak-bahak.
“Sombong sekali kau, Elang. Kelak suatu waktu kau hanya menjadi bangkai.” Singa meninggalkan Elang sendiri dan kembali mencari buruan. Elang pun ikut terbang mencari buruan. 
Ketika sore tiba, Singa kembali ke pohon besar tempat dia berbincang dengan Elang tadi siang. Namun, hingga hari gelap pun Elang tak juga kembali. Singa kebingungan dengan keberadaan Elang. Lalu dia bertanya pada dua ekor burung kecil yang sedang berdiri di ranting dahan pohon besar itu, “hai burung, apakah kalian lihat kemana Elang? Mengapa dia tidak pulang jua? Biasanya jam segini dia sudah kembali.”
“Apakah kau tidak tahu, wahai Singa?” tanya salah satu buruh kecil itu.
“Tahu apa?” tanya Singa penasaran. 
“Predator sombong yang kau cari itu sudah menjadi bangkai di hutan sebelah sana,” jawab burung kecil itu lagi seraya menunjuk ke arah utara. 
“Jangan bercanda kau, burung kecil!” kesal Singa berdiri dari duduk santainya. 
“Kalau kau tak percaya, silakan tengok ke hutan itu! Aku sudah melihatnya sendiri. Dia mati tertimpa dahan pohon tua,” jelas burung kecil itu. 
“Malang sekali dia. Baru saja tadi siang dia berkata ‘tak terlalahkan’ seolah akan hidup selamanya.” Singa kembali duduk bersandar pohon besar. 
“Ya, alam selalu punya caranya sendiri untuk menyeimbangkannya. Buktinya, Elang yang sombong itu bisa saja mati dan menjadi santapan para pengurangi.Tak ada makhluk hidup yang tak mati,” ucap burung kecil sembari memakan biji-bijian sebagai santapan makan malamnya. 
Rose Diana
Tangerang, 01 Oktober 2016
17.10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Terjemahan Nenek Hebat Dari Saga / Saga No Gabai Baachan - Yoshichi Shimada

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari