Fiksi dan Seluk Beluknya






Cerita dikatakan fiksi jika berupa rekaan atas produk dari imajinasi penulisnya, yang tidak benar-benar berdasarkan kisah nyata.

Jenis Fiksi : Novel, Novellet dan Cerpen
Novel adalah sebuah karangan panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
Novelet adalah karya sastra yang memiliki bentuk (karangan) lebih kecil (pendek) dari novel dan lebih panjang dari cerita pendek (cerpen).
Jumlah karangan novelet sekitar 40-100 halaman
Cerpen adalah karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia lewat tulisan pendek. Jumlah karangan cerita pendek sekitar tiga sampai tujuh halaman.

ELEMEN-ELEMEN CERITA
  • Genre             : Tipe cerita
  • Ide / Tema             : Yang memulai dan membentuk cerita
  • Karakter / Tokoh : Yang menghidupkan cerita
  • Narasi / PoV               : Sudut pandang cerita
  • Plot dan Alur : yang membawa cerita
  • Setting / Latar : yang memberi bumbu pada cerita
  • Dialog             : yang mengisi cerita
  • Ciri khas penulis : yang meninggalkan kesan

Masing-masing elemen memegang peranan penting dan dapat dipelajari seiring dengan latihan.
Jika dalam pembuatan sebuah novel atau novellet akan lebih baik jika dibuat terlebih dahulu kerangka cerita / outline agar tidak mengalami whiter block atau buntu ide di tengah cerita.Kerangka cerita tersebut meliputi:
  1. TEMA
Gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pasti mempunyai tema, karena dalam sebuah penulisan sianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat.
  1. TOKOH
Pelaku yang mengembangkan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara sastrawan menampilkan tokoh (Aminuddin, 1984:85).  Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu. Pemberianwatak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.
Penggambaran sebuah tokoh meliputi karakter, fisik tubuh, kebiasaan, ciri khas seperti suka memakai baju warna yang spesifik dan penggambaran lainnya yang berhubungan dengan tokoh.
Meliputi:
Tokoh primer / utama
Tokoh sekunder / pendukung
Tokoh komplementer / tokoh tambahan
(Sudjiman, 1988:17-20; Sukada, 1987:160; Aminuddin:85-87).
  1. PREMIS
Landasan / kesimpulan. Dalam membuat sebuah novel / cerita, dengan membuat premis itu lebih memudahkan. Selain membuat kerangka cerita, dengan dibuatnya premis dapat membantu dalam pengembangan ide.
  1. PLOT
Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai urutan bagian-bagian dalam kesatuan cerita. Jadi, plot merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga menjadi kerangka utama cerita.
Dengan kata lain, membuat plot bisa membantu kita biar ceritanya teratur dan tersusun rapih sesuai alur yang diinginkan.
  1. KONFLIK
segitiga-konflik
Setiap konflik terdapat pada alur, tetapi tidak semua alur memiliki konflik. Sebuah cerita akan terasa hambar jika memiliki alur tanpa konflik. Konflik merupakan gambaran ketidakstabilan situasi yang lebih mengarah pada permasalahan darurat yang nantinya akan memuncak pada klimaks permasalahan. setiap konflik memiliki tahapan pengembangan yang harus dilewati agar cerita tersusun rapi dan tidak monoton. Tahapan pengembangan konflik tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Pengenalan
Pada bagian ini, cerita berisi pengenalan tokoh, waktu, tempat, dan gambaran permasalahan yang biasanya disampaikan di awal cerita.
  1. Menjelang Konflik
Bagian ini menampilkan cerita awal mula datangnya masalah.
  1. Klimaks / Puncak Masalah
Bagian ini mendeskripsikan ketegangan yang berlangsung sebagai puncak permasalahan. Dengan kata lain, masalah sedang sangat parah dan panas-panasnya.
  1. Anti Klimaks
Bagian ini menggambarkan situasi akibat masalah perlahan-lahan menuju ketenangan dan ketegangan berangsur-angsur menurun.
  1. Penyelesaian Masalah
Bagian ini mendeskripsikan bahwa masalah sudah selesai dan benar-benar reda sehingga tokoh sudah merasa tidak bermasalah lagi.
Konflik juga terdiri dari konflik internal dan eksternal. Konflik internal merupakan konflik yang muncul dari diri tokonya sendiri sedangkan konflik eksternal merupakan konflik yang muncul dari lingkungan sekitar tokoh.

  1. LATAR
Gambaran tempat waktu, atau segala situasi di tempat terjadinya peristiwa. Latar ini erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa. Oleh sebab itu, latar juga sangat mempengaruhi suasana peristiwa, pokok persoalan dalam cerita dan tema cerita.

  1. PoV / SUDUT PANDANG
Sudut pandang adalah cara bagaimana penulis cerita menempatkan dirinya pada cerita, atau dari sudut mana penulis cerita memandang cerita yang dibuatnya. Sudut pandang dapat dikatakan juga sebagai suatu teknik ataupun siasat yang disengaja dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan ceritanya. Oleh karena itu sudut pandang dapat mempengaruhi penyajian suatu cerita dan alurnya.
Jenis-jenis sudut pandang yang terdapat dalam cerita
  1. POV orang pertama (aku): penulis menjadi si aku dalam cerita, mengikuti pikiran dan aksi si aku. Penulis tidak bisa menggambarkan apa yang tidak dilihat si aku, tidak bisa mengetahui perasaan yang tidak dirasakan si aku. POV ini dianggap paling mudah, terutama bagi penulis pemula, karena seperti menulis diari saja. Hati-hati: Apa pun yang diketahui si aku tidak bisa dirahasiakan dari pembaca. Karena pembaca menjadi si aku.
Contoh:
Aku berlari menaiki anak tangga, berharap ketika sudah di atas nanti bisa melihat bulan dan bintang secara dekat. Aku akan berdiri menengadahkan kepala dan menyapa Sang Pencipta.
  1. POV orang kedua (kau): sangat jarang digunakan. Penulis seperti mengamati tindak tanduk si tokoh (kau) melalui teropong, lalu menceritakan apa yang dilihatnya kepada si kau juga.
Contoh
Kau berlari menaiki anak tangga, berharap ketika sudah di atas nanti bisa melihat bulan dan bintang secara dekat. Kau berdiri menengadahkan kepala dan menyapa Sang Pencipta. Di sana kau berteriak menyerukan kesedihanmu
  1. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, konsisten di satu tokoh sepanjang cerita.Batasannya hampir sama dengan si aku. Bedanya penulis masuk ke dalam kepala satu tokoh saja, si dia/ia, dan mengikutinya dengan konsisten. Hal-hal di luar pengatahuan si dia, tidak bisa digambarkan, seperti pikiran dan perasaan tokoh-tokoh lain. Dengan POV orang ketiga subjektif ini, karakter dan karakterisasi satu tokoh utama bisa dieksplorasi lebih dalam dan diperkuat. Hati-hati: Tidak mudah konsisten pada satu tokoh. Sering tanpa sadar penulis berpindah memasuki kepala tokoh lain. Diperlukan latihan dan pengalaman untuk menyadari perpindahan ini dan kembali ke jalurnya.
Contoh:

Dina berlari menaiki anak tangga, berharap ketika sudah di atas nanti bisa melihat bulan dan bintang secara dekat. Dina berdiri menengadahkan kepala dan menyapa Sang Pencipta. Dia menangis tersedu seraya menahan sesak di dadanya.
  1. POV penulis segala tahu, playing God, omniscient. Penulis mengetahui semua kejadian, perasaan dan pemikiran semua tokoh, di semua tempat dan waktu. Sering dianggap paling mudah karena penulis jadi seperti dalang, hanya menceritakan kejadian di sana-sini. Padahal omniscient berarti juga mengetahui pemikiran dan perasaan semua tokoh. Artinya, penulis harus pandai bermanuver ketika menceritakan interaksi dua tokoh yang saling berkonflik. Bagaimana emosi dan pemikiran  dua tokoh ini ketika mereka berdialog, misalnya. Tanpa kepiawaian ini, karakterisasi tokoh-tokohnya kurang tergali, eksplorasi emosi tidak mendalam, dan akhirnya seperti menggunakan POV orang ketiga objektif.

  1. POV campuran. Lazimnya, novel menggunakan sudut pandang tunggal, orang kesatu atau ketiga. Tapi banyak penulis (terutama sastra), menggunakan campuran keduanya. Untuk satu tokoh, penulis konsisten menggunakan aku. Lalu untuk kejadian-kejadian yang si aku tidak hadir di sana, penulis menggunakan POV orang ketiga omniscient atau terbatas. James Patterson sering menggunakan POV campuran ini dalam novel-novelnya, antara lain serial Maximum Ride.

  1. PESAN
Dalam sebuah cerita atau karya tulis harus mengandung pesan dan pembelajaran sehingga mampu memberikan hikmah dari pembaca. Pesan tersebut bisa disampaikan secara tersirat ataupun tersurat.
Selain unsur intrinsik, terdapat juga unsur ekstrinsik pada karya sastra fiksi, meliputi dari penjiwaan, kebiasaan, keadan psikologi, tingkah laku, emosi, budaya dan pandangan penulis itu sendiri.

REFERENSI diambil dari:
Winna Efendi – Draft 1 Taktik Menulis Fiksi
id.m.wikipedia.org/wiki/Novelet
pengertianku.net
id.m.wikipedia.org/wiki/Tema
sites.google.com/site/melacakilmu/pendidikan/bahasa-dan-sastra-indonesia/perwatakandanpenokohan
bahasapedia.com/konflik-dan-pengembangan-konflik-dalam-novel
sastrakita.blogspot.com/2005/03/latarcerita.html
Joni Ariadinata – Aku Bisa Nulis Fiksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Terjemahan Nenek Hebat Dari Saga / Saga No Gabai Baachan - Yoshichi Shimada

Ulasan Novel Botchan - Natsume Sõseki