Masa Lalu #Monolog


Aku berdiri di antara lalu-lalang pengejar kereta di stasiun dalam kota. Bunyi lonceng kereta, pluit masinis dan suara operator stasiun melempar sukma ke masa lalu. Aku tersenyum lalu menangis sebab di sini kenangan itu berawal dan berakhir. 
Ketika menoleh, aku terkejut melihat orang yang berdiri di sampingku. Sepertinya, aku mengenalnya. Dia menoleh ke arahku juga. Mata kami saling beradu. Terlihat bayangan kebahagiaan dari bola matanya yang kecoklatan. Wajahnya tersenyum. Cukup lama dia tersenyum, kira-kira sepuluh menit. 
Kini kupandangi bahunya. Tampak rapuh sebab bergetar, seperti ada yang ditahan. Percis di dekat telingaku, terdengar isakkan patah hati. Terdengar teramat perih. Aku menoleh ke kiri dan kanan, mencari sumber suara. Ternyata, suara itu berasal dari mulut berbibir tipis kemerahan yang ada di sampingku saat ini. Ya, dari orang itu. Isakkan itu terhenti ketika suara pluit masinis ditiupkan dan suara hentakan sepatu para pengejar kereta. 
Mataku menyapu sekeliling stasiun lalu kembali menoleh ke arah orang di sampingku. Matanya sudah menatap tajam ke arahku. Tak ada senyuman terlukis di wajahnya, hanya guratan kesedihan. Aku melihat bayangan di bola matanya, ada luka teramat perih di dalamnya. Perlahan bulir mata turun menuju pipi gembilnya. Entahlah, rasanya hatiku sakit. Spontan, aku menangis. 
Sontak badanku lemas. Rasanya, luka itu teramat sakit menusuk jiwa. Layaknya tertusuk sembilu dihujam berkali-kali. Aku memeluk tubuhku yang mulai bergetar. Aku tertunduk menyembunyikan air mata yang mulai membasahi wajah. Segera aku mengangkat wajahku dan menyeka air kesedihan. Cahaya surya menghangatkan kembali wajahku. Menghapus sisa-sisa air mata yang belum terseka lalu menoleh kembali ke arah orang di sampingku. Dia tersenyum manis sekali. Lengkungan itu terlihat tulus, aku ikut tersenyum. 
Terdengar operator stasiun memberitahu keretaku akan tiba. Aku mencari layar informasi, di peron berapa kereta itu tiba. Sejenak aku melupakan orang itu. Aku menoleh kembali, tetapi orang itu sudah menghilang. Entahlah, hatiku menjadi lega. Orang itu adalah masa laluku. 
——-
Rose Diana
Kereta Bogor-Sukabumi
20 September 2016  08:25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari

Ulasan Novel Botchan - Natsume Sõseki

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu