Ingatan Satu Pulau Hilang Dirampas Rezim Penindas

Ulasan buku Polisi Kenangan karya Yoko Ogawa.

Apa yang akan kamu lakukan jika ingatanmu dirampas? Kau tidak lagi mengingat kenangan yang terekam di setiap benda. Kau tidak tahu benda-benda di sekitarmu, bahkan fungsinya pun tidak tahu. Mendadak benda-benda itu menghilang seolah tidak pernah ada di dunia. Lalu, orang-orang terdekatmu menghilang satu-persatu tanpa jejak. Jika ingatanmu utuh, kau diburu. 

Perasaan itu yang bergumul di kepalaku saat baca buku ini. Aku suka sekali merekam kenangan dalam perjalanan hidup, benda dan hal-hal kecil. Aku tidak bisa membayangkan jika kenangam itu hilang dari ingatanku. Meskipun kisah ini dapat dikatakan fantasi science, emosinya sampai padaku selaku pembaca. Ketakutan dan betapa mengerikannya Polisi Kenangan itu. 

Novel ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama (aku). Si Aku tinggal di sebuah pulau tanpa nama. Mereka hidup di bawah rezim penindas. Ingatan mereka dirampas dan hilang. Berawal dari hal kecil seperti benda hingga makhluk hidup, seperti: parfum, topi, bunga, burung, dll. Mereka tidak tahu apa itu parfum, burung, bunga, dll. Dalam sekejap mereka mengalami amnesia kolektif. 

Si Aku kehilangan ayah dan ibunya, karena ingatan mereka tidak hilang. Mereka diburu Polisi Kenangan. Satu-persatu benda mereka yang memiliki kenangan pun ikut hilang. Orang terdekat pun menghilang. Si Aku tidak mau meghilang tanpa jejak, oleh karena itu, dia memutuskan menulis apapun yang diingatnya, hingga menjadi manuskrip. R adalah editor Si Aku yang memegang manuskrip itu. Dia memiliki ingatan yang utuh. Sayangnya, Polisi Kenangan memburunya juga. Si Aku berusaha menyembunyikan dan melindunginya dari Polisi Kenangan di sebuah ruangan rahasia. 

Saat novel dan buku menghilang, kemampuan menulis Si Aku ikut hilang. R menyemangati Si Aku untuk menulis hingga manuskrip itu selesai. Apa yang terjadi setelahnya? Tetangga sekitarnya hilang perlahan. Bermula kehilangan kaki mereka, tubuh, telinga, tangan, hingga hanya suara yang tersisa. Ketika suara mereka menghilang, tak lama mereka pun hilang dari dunia. Bagaimana dengan Si Aku dan R? Temukan misteri itu di buku ini. 

Alurnya mengalir sehingga aku terhanyut ke dalamnya. Seperti yang kukatakan tadi bahwa tidak terbayangkan jika itu terjadi di dunia nyata. Menurutku, kisah ini juga dapat dikatakan satire dari terbatasnya kebebasan berpendapat yang sedang terjadi saat ini. Politik membungkam suara. Jika tidak sepaham, mereka  akan ditangkap. Entahlah. 

Aku senang tokohnya tidak terlalu banyak, jadi tidak perlu lelah mengingat nama tokoh. Yoko Ogawa menamai mereka dengan simbol, seperti Pria Tua, Wanita Tua, R, aku, dll. 

Berikut puisi yang terdapat pada manuskrip Si Aku.

Tidak ada setitik debu pun mengapung di air.
Aku menatap padang rumput yang hijau.
Angin bertiup dan menimbulkan corak di rerumputan.
Corak seperti keju yang digerogoti tikus. (Hal. 262).

Tentang penulis: Sejak tahun 1988, Yoko Ogawa yang tinggal di Tokyo telah menerbitkan 20 karya fiksi dan non fiksi, serta memenangkan penghargaan sastra Jepang. 


⭐⭐⭐⭐/5

rose diana

Ps. June Wrap-Up

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Ulasan Novel Heaven On Earth - Kaka HY

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari