Ulasan Buku Puisi Cinta Yang Marah – M. Aan Mansyur




Judul : Cinta Yang Marah
Penulis : Aan Mansyur
Penerbit : GPU
Tahun Terbit (Indonesia) : 2017, 
pertama kali oleh Bejana tahun 2009
Cetakan ke : Pertama
Tebal : 95 halaman
ISBN : 978.602.035.537.5

Blurb
Suatu hari kelak, sebelum salah satu di antara aku dan kau tersangkut maut, pada hari ulang tahun kau, ketika tidak ada pekerjaan kantor yang melarang kau cuti, aku akan mengajak kau menjadi tua renta, kemudian mengajak kau kembali menjadi anak-anak.

Review
Membaca buku ini sangat singkat, hanya satu jam ketika dalam perjalanan ke Bantara Budaya Jakarta untuk menghadiri acara menulis kreatif bersama penulis Aan Mansyur yang tak lain penulis buku ini. Cinta yang marah adalah buku pertama Beliau yang saya baca. 
Puisi Aan Mansyur di kemas dengan kover berwarna merah dengan background beberapa surat kabar. Awalnya saya kira buku ini berisikan puisi bertema politik atau sebuah kemarahan besar yang tertuang. Layout-nya mengingatkan saya seketika tentang tahun 1998, reformasi. Mengembalikan ingatan saya tentang fragmen-fragmen Mei 1998.
Ketika saya baca di puisi nomor 1 dugaan saya terbantahkan. Penulis menyamarkan dugaan saya itu dengan gaya bahasa melodrama. Beliau menyajikan puisi naratifnya dengan diksi dan makna yang memukau. Sepertinya puisi naratif ini dibuat, untuk penyampaian segala pertanyaan dari tokoh Aku. Mungkin pertanyaan penulis juga. Jika hanya sekali membaca akan menganggap puisi ini tentang Aku dan kehilangan istrinya. Namun, jika dibaca ulang kembali, terbesit rasa marah, kecewa yang penulis tujukan bukan ke arah cerita melodrama. 

Menjelang sembilan belas tahun kematian kau, saat usia bangun aku (atau tidur aku tidak ada beda) sudah seabad lebih sembilan tahun, aku semakin banyak mengingat kau, semakin banyak mengulang kalimat kau, seperti kali ini aku mengatakan satu kali lagi yang kau sebut di ujung napas kau (yang mungkin wasiat). (ke-19)

Aan Mansyur memang menulis dari segala pertanyaan yang terpikirkan. Dan, membaca buku ini membuat saya mempunyai satu pertanyaan lalu terjawabkan di acara menulis kreatif yang diadakan Bentara Budaya Jakarta tanggal 8 Juli 2017. Penulis menerangkan bahwa segala isi di dalam buku ini adalah metafora dari semua pertanyaannya selama satu abad (1908-2009). Segala pertanyaan dari 1908 – reformasi hingga 2009 di mana buku ini pertama kali diterbitkan. Serta selama itu ada kejadian penting yaitu hari kebangkitan nasional dan hari reformasi. Bahkan isi puisinya hanya dua puluh satu yang menandakan tanggal hari peringatan reformasi. 
Penulis berhasil me-metafora-kan segala pertanyaannya dan dituangkan ke dalam karya ini. 

Sejak kau mati (kenapa kau harus mati?) pada hari yang dipenuhi kabar tentang kobar api (atau apa?) yang membakar rumah dan kibar rok gadis-gadis bermata mengintip itu, (ke 16)
Layout penuh dengan potongan koran

Rose Diana
100717
00.23







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Novel Hyouka - Yonezawa Honobu

Ulasan Novel Spasi - Ello Aris

Cara Membuat Lipstik Cair Dari Lipstik Padat (How To Make A Liquid Lipstick From Solid Lipstick)

Ulasan Novel Heaven On Earth - Kaka HY